- Dia datang hanya untuk melihatmu. Begitu terus selama berbulan-bulan, hingga bertahun-tahun. Tanpa kau tau bahwa dirimulah tujuannya. Apa ini akhir? - untuk teman baikku yg kusingkat namanya A. M. S.
Kau teman baikku, sejak aku mengenalmu dari berbagai ceritamu. Aku suka mendengar semua ceritamu. Mulai dari candaanmu, hingga masalahmu. Aku tahu kita belum lama berteman. Bahkan tidak pernah ada di bayanganku untuk mengenalmu lebih dari sebagai teman les. Walaupun tidak bisa kupungkiri kau memang humoris. Humoris yang membuatku selalu tertawa, menenangkanku secara tidak langsung. Semua berawal dari itu. Hingga akhirnya aku suka mengobrol denganmu.
Kau teman baikku, malam ini aku mendapat kabar buruk darimu. Kita akan pisah kelas, mungkin aku tidak akan melihat tawamu, candaanmu lagi. Berikutnya hanya akan dibatasi oleh suara dan kumpulan huruf belaka. Aku sendiri tidak yakin akankah itu akan terus berlanjut atau habis tertelan waktu. Terlebih dari itu semua, aku merasakan hal lain. Antara iba, teringat pada masa lalu, miris. Karena kau mungkin akan kehilangan pandangan dengan 'dia' yang selalu kau puja. Bertahun-tahun 'dia' menjadi sosok yang membangkitkanmu tanpa dia sadari. Kau selalu datang dan menyempatkan waktumu, melakukan berbagai hal untuk melihat garis senyumnya. Namun kau hanya gagal sekali, kau tidak bisa menyempatkannya kali itu. Akibatnya, ternyata membuatku, kau, terpikir, "apakah ini akhir?".
Baru saja kita membahas sesuatu untuk meningkatkan relasimu dengan 'dia'. Namun beberapa menit kemudian harapan itu seperti pecah. "Terlambat", kata si pesimis. "Belum saatnya", kata si bijak. Kata yang mirip namun jika kau menelaah dengan baik, kau akan tahu maksudku. Aku yakin kalau saat ini memang kau ditakdirkan untuk mengagumi 'dia' yang begitu sempurna, tapi belum ditakdirkan untuk dekat dengannya. Kau ditakdirkan untuk memiliki rasa, tapi belum ditakdirkan untuk memiliki si sumber rasa. Temanku, perjalananmu masih panjang. Setiap kata "hai" pasti akan ada kata "bye". Menyesal bukanlah sesuatu yang patut menguasai jiwamu saat ini. Kau hanya patut menyadari betapa indahnya masa mudamu karena diizinkan untuk merasakan terang-gelap kehidupan asmara.
Suatu saat kalian akan bertemu lagi, aku yakin itu. Hanya saja aku tidak tahu dengan cara apa dan dalam kondisi apa kalian akan bertemu nantinya. Ataukah juga dalam mimpimu? Entah.
Kau teman baikku, mungkin sekarang kau terpikir bahwa aku hanya pandai berbicara dan tidak merasakan yang kau rasa. Kau benar, aku memang belum pernah mengalami hal sepertimu. Tapi aku pernah kehilangan dimana rasa itu seperti menarik paksa nadiku. Orang yang dikasihi, diharapkan, berbagai mimpi bersama orang itu, berbagai kenangan, canda & duka bersama, kebersamaan, semua seketika terenggut! Waktu terasa berjalan sangat lama. Kegemaranku saat itu adalah tidur dan bermain game. Tidur dengan harap aku akan terbangun dengan suasana hati lebih tenang, dan bermain game dengan harap waktu berjalan terus tanpa perlu kusadari aku sudah jatuh.
Berbulan-bulan kemudian, aku mendekatkan diri dengan 'Tempat yang sepatutnya'. Pikiranku terbuka, aku tidak boleh dikalahkan oleh kegalauan. Kegalauan itu akan lengah saat kau tersenyum padanya. Kuakui galau itu manusiawi. Maka rasakanlah, nikmatilah kegalauanmu. Hanya saja jangan sampai kau terpuruk. Nikmati jualah hidupmu. Lihat apa yang bisa kau petik dari semua ini. Lihat apa yang bisa kau lakukan berikutnya. Rencanakan positif apa yang bisa kau lakukan. "Duka dan bahagia datangnya satu paket" (dalam Milly & Nathan). Selain itu, mengapa tak kau coba tengok ke sekitarmu? Berapa banyak orang yang menggantungkan kebahagiaannya padamu? Orang tuamu, saudara-saudaramu, sahabatmu, teman-temanmu, termasuk pula aku. Kau berarti, kau berarti, kau berhak untuk menentukan nasib baikmu. Aku ingin melihatmu fokus pada masa depanmu. Aku dan mereka ingin melihatmu memetik sendiri usahamu. Aku dan mereka ingin melihatmu bangkit dalam segala hal. Aku dan mereka ingin melihatmu bangga pada dirimu sendiri, atas segala positif yang kau lakukan.
Kau teman baikku, pembahasanku sudah melenceng dari asmara belaka. Aku sudah membahas mengenai hal-hal positif yang sepatutnya kau lakukan jua. Kau hanya perlu tahu bahwa kau dilahirkan di dunia ini tentu karena ada sebab positif. Salah satunya, membahagiakan mereka yang mengharapkan kau bahagia.
Satu hal lagi. Tempo hari aku coba memaknai namamu, M***tir. Kau tahu apa arti 'tir'? Tir sama dengan benteng. Jadi kuharap kaulah Benteng yang hebat itu. Kau akan menjadi laki-laki dengan keteguhan. Kau tidak akan mudah lengah. Kau akan terus berdiri dengan gagah. Kau memiliki pertahanan. Maka Tidak Ada Akhir Selama Kau Masih Hidup! A. M. S. :)
Temanmu, Rini Hardiyanti.
Wednesday, 27 June 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment