Wednesday, 18 September 2013

Saat Anda Mulai Lengah .. Semangat lagi !!

Haai readers ;)

what a full day! everyday is full with schedules.
iya, kalo ingat tugas, jadwal kuliah, kegiatan, dan semerbak warna kuliah 24 sks ituu... :") aahh gimana yaaa :3 seminggu ngumpulin 12 laporan berlembar-lembar + resume tulis tangan. Belum lagi kalo dosennya ngasih tugas khusus buat presentase laah, tugas kelompok, dan lain-lain. Kuliah dari Senin sampai Sabtu, hm hmm banget :')

Awalnya seriiiiing banget ngeluh! Tapi setelah mengingat lagi, ngapain ngeluh? toh aku ga sendirian kan? banyak ah temen-temen yang kuliahnya kayak aku juga. Toh dengan banyak ngerjain tugas, itu juga yang bikin aku banyak baca, banyak belajar, dan jadi banyak tahu. Coba kalo ga ada tugas? Mungkin butuh motivasi diri untuk belajar lagi, yang palingan ga sesering ngerjain tugas, dan ujung-ujungnya paling belajar kebut seminggu tenang yang bikin ga tenang-__- atau kebut semalam-__- kemudian kesana sini nyari materi, nyari temen yang lebih pinter buat minta ajar lah, hmmmpp! (:| Maka dari itu, hargailah tugas ;) kalo lengah, ingatlah :

1. Orang Tua

Setiap orang tua pasti pengen liat anaknya sukses. Mereka nyekolahin kita, dukung kita, dan ngedoain kita sepanjang waktu. Rela banting tulang demi anaknya. Mereka selalu mengingat keluarga, bagaimana masa depan anak-anaknya ketika mereka sudah tidak mampu lagi bekerja. Pengharapan orang tua, nasehat-nasehat mereka, aahhh itu... bikin hati bergetar. Rasa lengah dan lelah kuliah bisa hilang seketika saat membayangkan bagaimana upaya dan harapan mereka terhadap anak-anaknya :") Apalagi bagi yang merantau. Mereka rela berpisah ruang yang saaangat jauh dengan anaknya, demi masa depan si anak. So sweet bukan kekuatan mereka ini? I really miss them!



Aku jadi teringat bagaimana dulu, sewaktu masih SMP, ban motor Bapak kempes. Tapi Bapak tetap maksain motornya jalan seadanya demi ngejar bus sekolah ke SMPku :", sampai memanggil-manggil sambil terus menggas motornya. Untuk busnya berhenti, dan aku naik. Dari bus, aku menoleh, melihat Bapak yang saat itu beralih mencari tukang tambal ban.

Aku juga ingat waktu SMP dulu, kami gonceng tiga. Aku di depan, Bapak yang bawa motor, dan kakakku di belakang. Itu kami lakukan karena sekolah tujuan kami searah. Selain itu bisa lebih menghemat ongkos, dan mencegah kami terlambat sekolah karena jarak dari rumah ke sekolah sekitar 20 km.

Aku ingat saat kakakku sekolah di luar negeri, Bapak harus menjual modul sekaligus memberi bimbingan belajar kepada murid-muridnya yang mau. Demi memambah penghasilan untuk membiayai sekolah kakakku. Alhamdulillah sekarang kakakku sudah bekerja di salah satu perusahaan swasta di kawasan Jakarta Barat.

Aku selalu ingat nasehat Bapak kalau cuma pendidikanlah yang bisa menyelamatkan masa depan kita. Kita ga bisa mengharap apa-apa kalau tidak berpendidikan. Belajar saja yang rajin, biar pintar, biar peluang dapat kerja dan lebih sejahtera di masa depan.

Alhamdulillah sekarang kehidupan keluargaku membaik. Aku yakin Tuhan telah memberi penghargaan besar untuk keluarga kami, terutama atas kerja keras Bapak. Aku bisa disekolahkan dengan baik.


Bagaimana kabarmu pria tampan? Jangan dikerutkan lagi lah keningnya. Jedalah sejenak dari pikiran-pikiran itu. Semua akan baik-baik saja, Pak :" semangaaatt T.T)9

2. Kita Tidak Sendiri

Aku kuliah teknik. Sahabatku, Ilmi bilang, orang teknik makin kurus, orang ekonomi makin gemuk. Hahaa tapi aku yakin, semua jurusan, semua fakultas, punya tingkat kerumitan yang sama. Teknik itu keras, fakultas ekonomi juga, tergantung opini yang menjalaninya. Semua akan merasa, 'jangan remehkan jurusan dan fakultasku, kamu tidak tahu rasanya kuliah di jurusan ini'.



Intinya, kita merasa lengah, lelah, ngantuk, terkuras, semua itu tidak kita alami sendirian. Kita bersama mahasiswa-mahasiswi sejurusan, seangkatan, sefakultas, sekampus, sekota, seluruh Indonesia, dan bahkan dunia. Jangan putus asa, jangan lengah terlalu lama. Lelah itu manusiawi, tapi semangat dan motivasi harus terus ada. Tidak ada orang sukses begitu saja, mereka mengalami jatuh dan bangun, mereka terus berusaha dan berusaha. Setiap hari, sampai ajal menjemput. It's life..

3. Ibadah

Setiap apa yang kita usahakan, bekerja, belajar, demi hal positif, anggap itu sebagai ibadah. Kita dapat ilmu, kita dapat nilai, sekaligus juga kita dapat pahala. Tuhan tidak menyukai orang yang bermalas-malasan. Bahkan saat puasa pun juga tidak boleh jadi alasan untuk malas. Kita dianugerahi kekuatan, dimediakan rejeki yang akan menghasilkan rejeki.


Semangatt! Tetap semangat dan yakin bahwa segala usaha positif tidak ada yang sia-sia. Apa yang kita upayakan saat ini adalah yang terjadi di masa depan. Siapa yang menabur benih, dia juga yang memetik hasil :) Godspeed! Thanks for reading ^^

Sunday, 15 September 2013

Nasehat dan Pengharapan



Aku terpikirkan untuk menulis kisah ini ketika sedang makan malam yang baru saja. Nasi putih, tumis buncis, dan ikan asin yang kubawa dari Makassar. Kulahap dengan nikmat bersama syukur. Jam 11.17 WIB, cukup tenang, saat pikiran dan hatiku menghantarkanku kembali pada percakapan singkat dengan seorang penjual putu pandan yang tadi kubeli dagangannya. Yah, Rp. 5000,- untuk 5 potong putu pandan. Kira-kira seperti ini :

“Neng kuliah di itu ya, PLN?”
“Iya…”, jawabku kemudian tersenyum.
“Oh… yaa…, rambutnya pada pendek-pendek yah. Kemarin banyak yang beli pada botak, katanya mahasiswa baru…”
“Ohhe iya emang kalo maba masih disuruh pendekin rambutnya..”

Beberapa menit kemudian pembicaraan kami sampai pada :
“Orang tua Neng pasti mampu ya bisa kuliah disana…” Kali ini saya hanya tersenyum. “Bapaknya guru ya?”, lanjutnya.
“Lho kok tau Bang?”
“Iya… Biasanya kan gitu, orang tua selalu nyekolahin anaknya tinggi-tinggi. Abis kuliah disitu jadi S apa Neng?”

Kali ini aku menyimak baik omongan Abang itu. Rasa tidak enak padanya, membuatku memilih cukup tersenyum sampai waktunya aku seakan diminta untuk bicara. “Ya kalo saya sih S1 Bang…”
“Hmm saya juga sebenarnya pengen kuliah Neng… Tapi apalaah, orang tua saya gak mampu. Saya lulus SMA aja ini udah syukur…”, ucapnya sambil tersenyum padaku.
“Hmm yang penting udah usaha Bang…”. Aku berusaha menyemangatinya.
“Abis itu langsung kerja ya?”, lanjutnya.

Lagi-lagi kupilih untuk tersenyum dan menjawab pelan, “Iya…”, semoga. Kuperhatikan dia terus mengisi silinder kayunya untuk mencetak putu pandan. Aku adalah pelanggan terakhirnya malam itu. Dagangannya sudah habis, Alhamdulillah.
“Udah abis ya Bang?”
“Iya, kan saya dari siang Neng jualannya…”. Aku tetap memperhatikan. “Pagi-pagi, jam enam, mungkin Neng belum bangun, saya udah ke pasar, terus ngukus ini. Ada juga tuh yang bulet resep keluarga saya..”, ucapnya sambil menunjuk makanan yang bentuknya mirip dengan makanan di daerahku.
“Ohhe itu mirip sama makanan di Sulawesi, namanya Onde-Onde Gula Merah… Kalau di Jawa kan Onde-Onde pake wijen ya? Kalo di tempat saya ada juga yang kayak gitu.., isi gula merah terus luarnya kelapa…”

Abang itu terlihat menyimak. Kami sama-sama menikmati pembicaraan itu.
“Kalo yang ini dari ketan… Kalo yang Eneng gimana?”
“Wah saya kurang tau juga sih, hehee…”

Abang itu kemudian melipat kertas untuk membungkus pesananku. “Neng, belajar yang pinter ya, biar Bapaknya juga seneng. Semoga Neng jadi orang pinter…”, ucapnya sambil memberikan sebungkus putu pandan berwadah kertas kopi untuk makanan.

Masya Allah, hatiku begitu tersentuh saat Abang itu memberikan nasehat dan pengharapan. Sepatutnya aku bersyukur lebih banyak, bukannya mengeluh karena tugas menumpuk. Sepatutnya aku bersyukur karena masih diberikan kesempatan kuliah, masih diberikan kesempatan mengerjakan tugas, toh tugas yang banyak juga membuatku lebih banyak membaca, banyak belajar, dan banyak tahu tentunya. Mungkin ini teguran untukku karena terlalu banyak mengeluh, tugas PLJD yang menyita waktu depan laptop sampai hang berkali-kali lah, tugas SI yang pembuatan kertas laporannya terkendala 5 kali lah, dan lain-lain.

Aku pun sempat berpikiran untuk menabung dan membeli handphone karena touch handphone sudah biasa bermasalah. Terlalu sering melihat ke atas, ke orang-orang yang mengikuti perkembangan zaman, dan terlalu banyak bermanja dengan kehidupan. Padahal yang kualami tidak seberapa dengan mereka yang masih harus tinggal di rumah kontrakan. Setiap hari cemas saat bertemu sang empunya rumah. Atau mereka yang masih harus menyicil kendaraan, kemudian rejekinya masih belum menentu setiap bulan. Sedangkan kendaraan itu adalah modal usaha mereka. Astagfirullah… Aku masih diberi kesempatan untuk hidup lebih layak. Aku masih diberi kesempatan untuk menimba ilmu, dan memiliki peluang kerja di masa depan.

Pelajaran bermakna dari Abang itu adalah kesederhanaan dan syukur  itu damai.
Yahh baru kusadari di jam malam ini. Tadi aku masih sempat mengadu keluhan ke Bapak dengan kalimat : “Bapak tugasnya beraattt :””. Balasan Bapak : “Sabarki yg penting kerja sj adatonji itu nilainya tp jgn juga asal jadi”. Yang artinya, ‘sabar aja, yang penting dikerjain, akan ada nilainya juga kok tapi jangan asal jadi juga’. Ah Bapak, maafkan anakmu yang masih kurang berusaha. InsyaaAllah makin focus sama kuliah. InsyaaAllah juga bisa selalu konsisten, ingat nasehat, dan selalu bersyukur. Makasih Pak :”)