Monday, 21 October 2013

The Proudest ..

Actually, I just wanna tell about my little family .
Hum, really miss them tonight. When I see how much our tears and smile to build our family. Yes, family not just for happiness, but it is part of serve. Serving to our family. When one of us is broke, the others gonna hold her/him.

Parents never learned me about the rue, but they always said that we have to do our best to make a change. There are still many chance to us to make a better life. We will not always failed, because life is always going forward, just trying, keep praying. Insyaa Allah.. And I really proud to them, because I get it since I was child. They tell me to see below, so we will always feeling blessed. But we should also see the success people for motivations.

Now, I remember some simple things with them. Yah, father never clapping hand for all I got, but he always smile for it. I can see how sincere his smile :") And mom never demand me to do much, as long as I am happy, it's enough for her. What thing will make me feeling outstanding special? When I can make them smile sincerely, and feel that their hope and pray are answered.

Dad, please don't worry about us. Enjoy your life, and get a halt time for just breathing deeply. Spending time with all you love. Same with how much I love you, although I never show you how deep it. I just can do my best to make you proud, now and in the future life..

And mom, you're a hard worker. Always do what you love. Walking with happiness, enthusiast smile, and so friendly. You always know what I need :") And we always spending time just to sharing about female :p Sometimes you said "don't asked your dad" hahaa I know it's our secret =D But mom, sometimes you cry and too sensitive. I miss when I hug you, and you also do it to me. We're like friend.. And at another time, we cook together :3 You always give me chance to make new foods hihii and you're my taster. You and dad both always love my dish. Thank you :")

Lovely sister? Huummm you are my partner in crime until I am on Senior High School!! Oh really hate when you mad like a scary lion !! Too perfectionist, and sensitive :p But when we meet after your graduation, oh you are like a sassy cat-__- But it's okay, you are protector sister :) but too talkative !! will never tell you my secret anymore .

Oke then hahaa I wrote it while I am remembering them. I makes me smile and imagine more. Thanks a little family, and thanks God.. Wish we could meet again in the awesome day, when we're feeling always success on the real life :) Aamiin ..

Thank you for reading ^^

Best regards,
Rini

Wednesday, 18 September 2013

Saat Anda Mulai Lengah .. Semangat lagi !!

Haai readers ;)

what a full day! everyday is full with schedules.
iya, kalo ingat tugas, jadwal kuliah, kegiatan, dan semerbak warna kuliah 24 sks ituu... :") aahh gimana yaaa :3 seminggu ngumpulin 12 laporan berlembar-lembar + resume tulis tangan. Belum lagi kalo dosennya ngasih tugas khusus buat presentase laah, tugas kelompok, dan lain-lain. Kuliah dari Senin sampai Sabtu, hm hmm banget :')

Awalnya seriiiiing banget ngeluh! Tapi setelah mengingat lagi, ngapain ngeluh? toh aku ga sendirian kan? banyak ah temen-temen yang kuliahnya kayak aku juga. Toh dengan banyak ngerjain tugas, itu juga yang bikin aku banyak baca, banyak belajar, dan jadi banyak tahu. Coba kalo ga ada tugas? Mungkin butuh motivasi diri untuk belajar lagi, yang palingan ga sesering ngerjain tugas, dan ujung-ujungnya paling belajar kebut seminggu tenang yang bikin ga tenang-__- atau kebut semalam-__- kemudian kesana sini nyari materi, nyari temen yang lebih pinter buat minta ajar lah, hmmmpp! (:| Maka dari itu, hargailah tugas ;) kalo lengah, ingatlah :

1. Orang Tua

Setiap orang tua pasti pengen liat anaknya sukses. Mereka nyekolahin kita, dukung kita, dan ngedoain kita sepanjang waktu. Rela banting tulang demi anaknya. Mereka selalu mengingat keluarga, bagaimana masa depan anak-anaknya ketika mereka sudah tidak mampu lagi bekerja. Pengharapan orang tua, nasehat-nasehat mereka, aahhh itu... bikin hati bergetar. Rasa lengah dan lelah kuliah bisa hilang seketika saat membayangkan bagaimana upaya dan harapan mereka terhadap anak-anaknya :") Apalagi bagi yang merantau. Mereka rela berpisah ruang yang saaangat jauh dengan anaknya, demi masa depan si anak. So sweet bukan kekuatan mereka ini? I really miss them!



Aku jadi teringat bagaimana dulu, sewaktu masih SMP, ban motor Bapak kempes. Tapi Bapak tetap maksain motornya jalan seadanya demi ngejar bus sekolah ke SMPku :", sampai memanggil-manggil sambil terus menggas motornya. Untuk busnya berhenti, dan aku naik. Dari bus, aku menoleh, melihat Bapak yang saat itu beralih mencari tukang tambal ban.

Aku juga ingat waktu SMP dulu, kami gonceng tiga. Aku di depan, Bapak yang bawa motor, dan kakakku di belakang. Itu kami lakukan karena sekolah tujuan kami searah. Selain itu bisa lebih menghemat ongkos, dan mencegah kami terlambat sekolah karena jarak dari rumah ke sekolah sekitar 20 km.

Aku ingat saat kakakku sekolah di luar negeri, Bapak harus menjual modul sekaligus memberi bimbingan belajar kepada murid-muridnya yang mau. Demi memambah penghasilan untuk membiayai sekolah kakakku. Alhamdulillah sekarang kakakku sudah bekerja di salah satu perusahaan swasta di kawasan Jakarta Barat.

Aku selalu ingat nasehat Bapak kalau cuma pendidikanlah yang bisa menyelamatkan masa depan kita. Kita ga bisa mengharap apa-apa kalau tidak berpendidikan. Belajar saja yang rajin, biar pintar, biar peluang dapat kerja dan lebih sejahtera di masa depan.

Alhamdulillah sekarang kehidupan keluargaku membaik. Aku yakin Tuhan telah memberi penghargaan besar untuk keluarga kami, terutama atas kerja keras Bapak. Aku bisa disekolahkan dengan baik.


Bagaimana kabarmu pria tampan? Jangan dikerutkan lagi lah keningnya. Jedalah sejenak dari pikiran-pikiran itu. Semua akan baik-baik saja, Pak :" semangaaatt T.T)9

2. Kita Tidak Sendiri

Aku kuliah teknik. Sahabatku, Ilmi bilang, orang teknik makin kurus, orang ekonomi makin gemuk. Hahaa tapi aku yakin, semua jurusan, semua fakultas, punya tingkat kerumitan yang sama. Teknik itu keras, fakultas ekonomi juga, tergantung opini yang menjalaninya. Semua akan merasa, 'jangan remehkan jurusan dan fakultasku, kamu tidak tahu rasanya kuliah di jurusan ini'.



Intinya, kita merasa lengah, lelah, ngantuk, terkuras, semua itu tidak kita alami sendirian. Kita bersama mahasiswa-mahasiswi sejurusan, seangkatan, sefakultas, sekampus, sekota, seluruh Indonesia, dan bahkan dunia. Jangan putus asa, jangan lengah terlalu lama. Lelah itu manusiawi, tapi semangat dan motivasi harus terus ada. Tidak ada orang sukses begitu saja, mereka mengalami jatuh dan bangun, mereka terus berusaha dan berusaha. Setiap hari, sampai ajal menjemput. It's life..

3. Ibadah

Setiap apa yang kita usahakan, bekerja, belajar, demi hal positif, anggap itu sebagai ibadah. Kita dapat ilmu, kita dapat nilai, sekaligus juga kita dapat pahala. Tuhan tidak menyukai orang yang bermalas-malasan. Bahkan saat puasa pun juga tidak boleh jadi alasan untuk malas. Kita dianugerahi kekuatan, dimediakan rejeki yang akan menghasilkan rejeki.


Semangatt! Tetap semangat dan yakin bahwa segala usaha positif tidak ada yang sia-sia. Apa yang kita upayakan saat ini adalah yang terjadi di masa depan. Siapa yang menabur benih, dia juga yang memetik hasil :) Godspeed! Thanks for reading ^^

Sunday, 15 September 2013

Nasehat dan Pengharapan



Aku terpikirkan untuk menulis kisah ini ketika sedang makan malam yang baru saja. Nasi putih, tumis buncis, dan ikan asin yang kubawa dari Makassar. Kulahap dengan nikmat bersama syukur. Jam 11.17 WIB, cukup tenang, saat pikiran dan hatiku menghantarkanku kembali pada percakapan singkat dengan seorang penjual putu pandan yang tadi kubeli dagangannya. Yah, Rp. 5000,- untuk 5 potong putu pandan. Kira-kira seperti ini :

“Neng kuliah di itu ya, PLN?”
“Iya…”, jawabku kemudian tersenyum.
“Oh… yaa…, rambutnya pada pendek-pendek yah. Kemarin banyak yang beli pada botak, katanya mahasiswa baru…”
“Ohhe iya emang kalo maba masih disuruh pendekin rambutnya..”

Beberapa menit kemudian pembicaraan kami sampai pada :
“Orang tua Neng pasti mampu ya bisa kuliah disana…” Kali ini saya hanya tersenyum. “Bapaknya guru ya?”, lanjutnya.
“Lho kok tau Bang?”
“Iya… Biasanya kan gitu, orang tua selalu nyekolahin anaknya tinggi-tinggi. Abis kuliah disitu jadi S apa Neng?”

Kali ini aku menyimak baik omongan Abang itu. Rasa tidak enak padanya, membuatku memilih cukup tersenyum sampai waktunya aku seakan diminta untuk bicara. “Ya kalo saya sih S1 Bang…”
“Hmm saya juga sebenarnya pengen kuliah Neng… Tapi apalaah, orang tua saya gak mampu. Saya lulus SMA aja ini udah syukur…”, ucapnya sambil tersenyum padaku.
“Hmm yang penting udah usaha Bang…”. Aku berusaha menyemangatinya.
“Abis itu langsung kerja ya?”, lanjutnya.

Lagi-lagi kupilih untuk tersenyum dan menjawab pelan, “Iya…”, semoga. Kuperhatikan dia terus mengisi silinder kayunya untuk mencetak putu pandan. Aku adalah pelanggan terakhirnya malam itu. Dagangannya sudah habis, Alhamdulillah.
“Udah abis ya Bang?”
“Iya, kan saya dari siang Neng jualannya…”. Aku tetap memperhatikan. “Pagi-pagi, jam enam, mungkin Neng belum bangun, saya udah ke pasar, terus ngukus ini. Ada juga tuh yang bulet resep keluarga saya..”, ucapnya sambil menunjuk makanan yang bentuknya mirip dengan makanan di daerahku.
“Ohhe itu mirip sama makanan di Sulawesi, namanya Onde-Onde Gula Merah… Kalau di Jawa kan Onde-Onde pake wijen ya? Kalo di tempat saya ada juga yang kayak gitu.., isi gula merah terus luarnya kelapa…”

Abang itu terlihat menyimak. Kami sama-sama menikmati pembicaraan itu.
“Kalo yang ini dari ketan… Kalo yang Eneng gimana?”
“Wah saya kurang tau juga sih, hehee…”

Abang itu kemudian melipat kertas untuk membungkus pesananku. “Neng, belajar yang pinter ya, biar Bapaknya juga seneng. Semoga Neng jadi orang pinter…”, ucapnya sambil memberikan sebungkus putu pandan berwadah kertas kopi untuk makanan.

Masya Allah, hatiku begitu tersentuh saat Abang itu memberikan nasehat dan pengharapan. Sepatutnya aku bersyukur lebih banyak, bukannya mengeluh karena tugas menumpuk. Sepatutnya aku bersyukur karena masih diberikan kesempatan kuliah, masih diberikan kesempatan mengerjakan tugas, toh tugas yang banyak juga membuatku lebih banyak membaca, banyak belajar, dan banyak tahu tentunya. Mungkin ini teguran untukku karena terlalu banyak mengeluh, tugas PLJD yang menyita waktu depan laptop sampai hang berkali-kali lah, tugas SI yang pembuatan kertas laporannya terkendala 5 kali lah, dan lain-lain.

Aku pun sempat berpikiran untuk menabung dan membeli handphone karena touch handphone sudah biasa bermasalah. Terlalu sering melihat ke atas, ke orang-orang yang mengikuti perkembangan zaman, dan terlalu banyak bermanja dengan kehidupan. Padahal yang kualami tidak seberapa dengan mereka yang masih harus tinggal di rumah kontrakan. Setiap hari cemas saat bertemu sang empunya rumah. Atau mereka yang masih harus menyicil kendaraan, kemudian rejekinya masih belum menentu setiap bulan. Sedangkan kendaraan itu adalah modal usaha mereka. Astagfirullah… Aku masih diberi kesempatan untuk hidup lebih layak. Aku masih diberi kesempatan untuk menimba ilmu, dan memiliki peluang kerja di masa depan.

Pelajaran bermakna dari Abang itu adalah kesederhanaan dan syukur  itu damai.
Yahh baru kusadari di jam malam ini. Tadi aku masih sempat mengadu keluhan ke Bapak dengan kalimat : “Bapak tugasnya beraattt :””. Balasan Bapak : “Sabarki yg penting kerja sj adatonji itu nilainya tp jgn juga asal jadi”. Yang artinya, ‘sabar aja, yang penting dikerjain, akan ada nilainya juga kok tapi jangan asal jadi juga’. Ah Bapak, maafkan anakmu yang masih kurang berusaha. InsyaaAllah makin focus sama kuliah. InsyaaAllah juga bisa selalu konsisten, ingat nasehat, dan selalu bersyukur. Makasih Pak :”)

Friday, 5 July 2013

Balada Beda Keyakinan


Balada Beda Keyakinan
Rini Hardiyanti






Aku terinspirasi pada kisah dari beberapa orang di sekitarku yang pernah mengalami kisah ini, dimana mereka pernah menjalin kasih beda keyakinan.

Salah satu teman dekatku dengan inisial C, dia Protestan. Bagiku C adalah gadis periang, jarang mempermasalahkan sesuatu hal. Dia taat kepada Tuhan-nya yang dia panggil Yesus, setiap minggu ke Gereja, menjalankan kehidupan di kampus sebagai bagian dari Persatuan Mahasiswa Kristen. Dari kepribadiannya, dia layak dan aku yakin dia adalah tipekal laki-laki normal pada umumnya, jika mereka seiman. Yah, tetap kugarisbawahi kata ‘seiman’.

C pernah menjalin kasih dengan seorang Muslim. Mereka hanya dua kali sempat ada masalah. Itupun sehari sudah selesai. Bagiku mereka sungguh pasangan yang tidak seharusnya berpisah. Ketika kutanya “Kenapa putus?”, jawabannya klasik, “Beda keyakinan itu memang tidak bisa disatukan, selamanya akan beda”. Saat itu, aku hanya memaklumi. Jika aku ada di posisinya, aku memang tidak akan melanjutkan hubungan itu.

Kemudian aku mengenal lagi seseorang berinisial A, dia adalah orang yang tidak pernah kutemui secara langsung. Tapi aku cukup mengenalnya, aku bisa meramalkan bentuk keceriaannya. Dia hamper sama halnya dengan C, dia ramah, periang, sayang keluarga, juga taat kepada Tuhan-nya. Banyak orang yang sayang padanya, seorang wanita dengan banyak kebijakan, kehidupan yang selalu bisa dia syukuri.

Perbedaannya dengan C adalah A sudah lebih sering menjalin kasih dengan seorang Muslim. Setauku, sudah tiga kali. Dimana salah satunya adalah kekasihku saat ini. Yah, dulu aku sempat bertanya pada diri, “memangnya tidak adakah laki-laki seiman yang bisa kau jadikan pendampingmu? Hingga kau memilih menjalin kasih dengan beda keyakinan selama tiga kali itu”.

‘Sepulang gereja, kau memintaku menunggumu. Aku menunggu di depan masjid, hingga kau selesai sholat’ – Cinta Tapi Beda.

‘Kita sama-sama saling mendoakan, kamu dalam sujudmu menyebut Allah, dan aku dalam lipatan tanganku menyebut Yesus’ – Cinta Tapi Beda.

Aku tahu, dan aku yakin, banyak laki-laki seimanmu yang menyukai dan ingin bersamamu. Tapi kau lagi-lagi memilih bersama laki-laki yang beda keyakinan. Jawabannya hanya satu, itulah cintamu. Meski memang tidak semua orang dapat sependapat dengan hal itu, dalam hal ini aku tidak akan menyalahkan siapa. Aku hanya bertanya pada keadaan, yakni sebuah perbedaan dasar yang menjadikan kita beda.

Jujur saja, agamaku melarang untuk bersahabat dekat dengan beda agama, apalagi sampai menjalin hubungan. Lantas bagaimana hubunganku dengan sahabat-sahabatku? Yang bahkan kini sudah kuanggap keluarga. Bagaimana dengan kalian, bagaimana dengan A yang berjuang menguatkan hati bahwa kita ini sama? Apakah itu salah mereka jika mereka saling mencintai? Apakah itu salah mereka jika mereka bertemu dengan satu rasa yang menyatukan mereka? Apakah itu salah mereka jika mereka berusaha membendung beda?

Yah, pada dasarnya kita manusia adalah sama. Memiliki hati dan tujuan yang sama. Kita sama-sama ingin beriman pada Tuhan yang sejak lahir kita tahu sebagai Sang Khaliq, Yang Maha Kuasa. Tuhan tempat kita kembali, Tuhan yang mengatur segala sesuatu, Tuhan yang tidak pernah tidur, Tuhan yang menjadi kekasihmu sepanjang masa. Hanya saja Tuhan yang kita maksud berbeda, para kristiani dengan Yesus, dan aku bersama Muslim-Muslimah lain dengan Allah SWT.

Kita saling mendoakan, saling mengasihi. Saling rukun selama toleransi. Namun kebudayaan dan kebisingan ‘apa kata orang’ menjadikan pasangan beda keyakinan semakin beda. Kemudian kemanakah keturunan kelak kalian didik? Apakah mengikuti ibu, atau ayahnya?  Kekuatan hati adalah kunci dari semuanya. Cinta dan keadaan tidak patut disalahkan. Apapun yang terjadi pada dirimu, pada cinta beda keyakinan menjadi balada, mereka adalah proses dimana kekuatan hatimu dipertaruhkan. Cepat atau lambat.




Kita bersama meleburkan beda
Kita bersama bahagia selamanya
Jangan dengarkan suara sumbangnya
Karena kisahmu tertulis denganku..
Percaya dengan yang kau rasakan

Merasakan itu cinta
Percaya kebaikan Tuhan
Percayakan doa pada Tuhanmu
Akupun mencoba dengan caraku..



(Kutipan lagu The Finest Tree – Melebur Beda)

Monday, 17 June 2013

Tujuh Kisah Romantis dalam Islam ♥

Ukhti dan Akhi romantis.. ❤❤❤
1. Rasulullah Saw. dan Khadijah binti Khuwailid
Teladan dalam kisah cinta terbaik tentunya datang dari insan terbaik sepanjang masa: Rasulullah Saw. Cintanya kepada Khadijah tetap abadi walaupun Khadijah telah meninggal. Alkisah ternyata Rasulullah telah memendam cintanya pada Khadijah sebelum mereka menikah. Saat sahabat Khadijah, Nafisah binti Muniyah, menanyakan kesedian Nabi Saw. untuk menikahi Khadijah, maka Beliau menjawab: “Bagaimana caranya?” Ya, seolah-olah Beliau memang telah menantikannya sejak lama.

Setahun setelah Khadijah meninggal, ada seorang wanita shahabiyah yang menemui Rasulullah Saw. Wanita ini bertanya, "Ya Rasulullah, mengapa engkau tidak menikah? Engkau memiliki 9 keluarga dan harus menjalankan seruan besar."

Sambil menangis Rasulullah Saw menjawab, "Masih adakah orang lain setelah Khadijah?"

Kalau saja Allah tidak memerintahkan Muhammad Saw untuk menikah, maka pastilah Beliau tidak akan menikah untuk selama-lamanya. Nabi Muhammad Saw menikah dengan Khadijah layaknya para lelaki. Sedangkan pernikahan-pernikahan setelah itu hanya karena tuntutan risalah Nabi Saw, Beliau tidak pernah dapat melupakan istri Beliau ini walaupun setelah 14 tahun Khadijah meninggal.

Masih banyak lagi bukti-bukti cinta dahsyat nan luar biasa islami Rasulullah Saw. kepada Khadijah. Subhanallah. 
2. Rasulullah Saw. dan Aisyah
Jika Rasulullah SAW ditanya siapa istri yang paling dicintainya, Rasul menjawab, ”Aisyah”. Tapi ketika ditanya tentang cintanya pada Khadijah, beliau menjawab, “cinta itu Allah karuniakan kepadaku”. Cinta Rasulullah pada keduanya berbeda, tapi keduanya lahir dari satu yang sama: pesona kematangan.

Pesona Khadijah adalah pesona kematangan jiwa. Pesona ini melahirkan cinta sejati yang Allah kirimkan kepada jiwa Nabi Saw. Cinta ini pula yang masih menyertai nama Khadijah tatkala nama tersebut disebut-sebut setelah Khadijah tiada, sehingga Aisyah cemburu padanya.

Sedangkan Aisyah adalah gabungan dari pesona kecantikan, kecerdasan, dan kematangan dini. Ummu Salamah berkata, “Rasul tidak dapat menahan diri jika bertemu dengan Aisyah.”

Banyak kisah-kisah romantis yang menghiasi kehidupan Nabi Muhammad dan istrinya, Aisyah. Rasul pernah berlomba lari dengan Aisyah. Rasul pernah bermanja diri kepada Aisyah. Rasul memanggil Aisyah dengan panggilan kesayangan ‘Humaira’. Rasul pernah disisirkan rambutnya, dan masih banyak lagi kisah serupa tentang romantika suami-istri.
3. Umar bin Abdul Aziz
Umar bin Abdul Aziz, khalifah termasyhur dalam Bani Umayyah, suatu kali jatuh cinta pada seorang gadis, namun istrinya, Fatimah binti Abdul Malik tak pernah mengizinkannya menikah lagi. Suatu saat dikisahkan bahwa Umar mengalami sakit akibat kelelahan dalam mengatur urusan pemerintahan. Fatimah pun datang membawa kejutan untuk menghibur suaminya. Ia menghadiahkan gadis yang telah lama dicintai Umar, begitu pun si gadis mencintai Umar. Namun Umar malah berkata: "Tidak! Ini tidak boleh terjadi. Saya benar-benar tidak merubah diri saya kalau saya kembali kepada dunia perasaan semacam itu,"

Umar memenangkan cinta yang lain, karena memang ada cinta di atas cinta. Akhirnya ia menikahkan gadis itu dengan pemuda lain. Tidak ada cinta yang mati di sini. Karena sebelum meninggalkan rumah Umar, gadis itu bertanya, "Umar, dulu kamu pernah mencintaiku. Tapi kemanakah cinta itu sekarang?" Umar bergetar haru, tapi ia kemudian menjawab, "Cinta itu masih tetap ada, bahkan kini rasanya lebih dalam!"
4. Abdurrahman ibn Abu Bakar
Abdurrahman bin Abu Bakar Ash Shiddiq dan istrinya, Atika, amat saling mencintai satu sama lain sehingga Abu Bakar merasa khawatir dan pada akhirnya meminta Abdurrahman menceraikan istrinya karena takut cinta mereka berdua melalaikan dari jihad dan ibadah. Abdurrahman pun menuruti perintah ayahnya, meski cintanya pada sang istri begitu besar.

Namun tentu saja Abdurrahman tak pernah bisa melupakan istrinya. Berhari-hari ia larut dalam duka meski ia telah berusaha sebaik mungkin untuk tegar. Perasaan Abdurrahman itu pun melahirkan syair cinta indah sepanjang masa:

Demi Allah, tidaklah aku melupakanmu
Walau mentari tak terbit meninggi
Dan tidaklah terurai air mata merpati itu
Kecuali berbagi hati
Tak pernah kudapati orang sepertiku
Menceraikan orang seperti dia
Dan tidaklah orang seperti dia dithalaq karena dosanya
Dia berakhlaq mulia, beragama, dan bernabikan Muhammad
Berbudi pekerti tinggi, bersifat pemalu dan halus tutur katanya

Akhirnya hati sang ayah pun luluh. Mereka diizinkan untuk rujuk kembali. Abdurrahman pun membuktikan bahwa cintanya suci dan takkan mengorbankan ibadah dan jihadnya di jalan Allah. Terbukti ia syahid tak berapa lama kemudian.
5. Thalhah ibn ‘Ubaidillah
Berikut ini kutipan kisah Thalhah ibn ‘Ubaidillah.

Satu hari ia berbincang dengan ‘Aisyah, isteri sang Nabi, yang masih terhitung sepupunya. Rasulullah datang, dan wajah beliau pias tak suka. Dengan isyarat, beliau Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam meminta ‘Aisyah masuk ke dalam bilik. Wajah Thalhah memerah. Ia undur diri bersama gumam dalam hati, “Beliau melarangku berbincang dengan ‘Aisyah. Tunggu saja, jika beliau telah diwafatkan Allah, takkan kubiarkan orang lain mendahuluiku melamar ‘Aisyah.”

Satu saat dibisikannya maksud itu pada seorang kawan, “Ya, akan kunikahi ‘Aisyah jika Nabi telah wafat.”

Gumam hati dan ucapan Thalhah disambut wahyu. Allah menurunkan firmanNya kepada Sang Nabi dalam ayat kelimapuluhtiga surat Al Ahzab, “Dan apabila kalian meminta suatu hajat kepada isteri Nabi itu, maka mintalah pada mereka dari balik hijab. Demikian itu lebih suci bagi hati kalian dan hati mereka. Kalian tiada boleh menyakiti Rasulullah dan tidak boleh menikahi isteri-isterinya sesudah wafatnya selama-lamanya.”

Ketika ayat itu dibacakan padanya, Thalhah menangis. Ia lalu memerdekakan budaknya, menyumbangkan kesepuluh untanya untuk jalan Allah, dan menunaikan haji dengan berjalan kaki sebagai taubat dari ucapannya. Kelak, tetap dengan penuh cinta dinamainya putri kecil yang disayanginya dengan asma ‘Aisyah. ‘Aisyah binti Thalhah. Wanita jelita yang kelak menjadi permata zamannya dengan kecantikan, kecerdasan, dan kecemerlangannya. Persis seperti ‘Aisyah binti Abi Bakr yang pernah dicintai Thalhah.

Subhanallah. Mantab.
6. Ummu Sulaim dan Abu Thalhah
Ummu Sulaim merupakan janda dari Malik bin Nadhir. Abu Thalhah yang memendam rasa cinta dan kagum akhirnya memutuskan untuk menikahi Ummu Sulaim tanpa banyak pertimbangan. Namun di luar dugaan, jawaban Ummu Sulaim membuat lidahnya menjadi kelu dan rasa kecewanya begitu menyesakkan dada, meski Ummu Sulaim berkata dengan sopan dan rasa hormat,

"Sesungguhnya saya tidak pantas menolak orang yang seperti engkau, wahai Abu Thalhah. Hanya sayang engkau seorang kafir dan saya seorang muslimah. Maka tak pantas bagiku menikah denganmu. Coba Anda tebak apa keinginan saya?"

"Engkau menginginkan dinar dan kenikmatan," kata Abu Thalhah.

"Sedikitpun saya tidak menginginkan dinar dan kenikmatan. Yang saya inginkan hanya engkau segera memeluk agama Islam," tukas Ummu Sualim tandas.

"Tetapi saya tidak mengerti siapa yang akan menjadi pembimbingku?" tanya Abu Thalhah.

"Tentu saja pembimbingmu adalah Rasululah sendiri," tegas Ummu Sulaim.

Maka Abu Thalhah pun bergegas pergi menjumpai Rasulullah Saw. yang mana saat itu tengah duduk bersama para sahabatnya. Melihat kedatangan Abu Thalhah, Rasulullah Saw. berseru, "Abu Thalhah telah datang kepada kalian, dan cahaya Islam tampak pada kedua bola matanya."

Ketulusan hati Ummu Sulaim benar-benar terasa mengharukan relung-relung hati Abu Thalhah. Ummu Sulaim hanya akan mau dinikahi dengan keislamannya tanpa sedikitpun tegiur oleh kenikmatan yang dia janjikan. Wanita mana lagi yang lebih pantas menjadi istri dan ibu asuh anak-anaknya selain Ummu Sulaim? Hingga tanpa terasa di hadapan Rasulullah Saw. lisan Abu Thalhah basah mengulang-ulang kalimat, "Saya mengikuti ajaran Anda, wahai Rasulullah. Saya bersaksi, bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusanNya."

Menikahlah Ummu Sulaim dengan Abu Thalhah, sedangkan maharnya adalah keislaman suaminya. Hingga Tsabit –seorang perawi hadits- meriwayatkan dari Anas, "Sama sekali aku belum pernah mendengar seorang wanita yang maharnya lebih mulia dari Ummu Sulaim, yaitu keislaman suaminya." Selanjutnya mereka menjalani kehidupan rumah tangga yang damai dan sejahtera dalam naungan cahaya Islam.
7. Kisah seorang pemuda yang menemukan apel
Alkisah ada seorang pemuda yang ingin pergi menuntut ilmu. Di tengah perjalanan dia haus dan singgah sebentar di sungai yang airnya jernih. dia langsung mengambil air dan meminumnya. tak berapa lama kemudian dia melihat ada sebuah apel yang terbawa arus sungai, dia pun mengambilnya dan segera memakannya. setelah dia memakan segigit apel itu dia segera berkata "Astagfirullah"

Dia merasa bersalah karena telah memakan apel milik orang lain tanpa meminta izin terlebih dahulu. "Apel ini pasti punya pemiliknya, lancang sekali aku sudah memakannya. Aku harus menemui pemiliknya dan menebus apel ini".

Akhirnya dia menunda perjalanannya menuntut ilmu dan pergi menemui sang pemilik apel dengan menyusuri bantaran sungai untuk sampai kerumah pemilik apel. Tak lama kemudian dia sudah sampai ke rumah pemilik apel. Dia melihat kebun apel yang apelnya tumbuh dengan lebat.

"Assalamualaikum...."

"Waalaikumsalam wr.wb.". Jawab seorang lelaki tua dari dalam rumahnya.

Pemuda itu dipersilahkan duduk dan dia pun langsung mengatakan segala sesuatunya tanpa ada yang ditambahi dan dikurangi. Bahwa dia telah lancang memakan apel yang terbawa arus sungai.

"Berapa harus kutebus harga apel ini agar kau ridha apel ini aku makan pak tua". tanya pemuda itu.

Lalu pak tua itu menjawab. "Tak usah kau bayar apel itu, tapi kau harus bekerja di kebunku selama 3 tahun tanpa dibayar, apakah kau mau?"

Pemuda itu tampak berfikir, karena untuk segigit apel dia harus membayar dengan bekerja di rumah bapak itu selama tiga tahun dan itupun tanpa digaji, tapi hanya itu satu-satunya pilihan yang harus diambilnya agar bapak itu ridha apelnya ia makan."Baiklah pak, saya mau."

Alhasil pemuda itu bekerja di kebun sang pemilik apel tanpa dibayar. Hari berganti hari, minggu, bulan dan tahun pun berlalu. Tak terasa sudah tiga tahun dia bekerja dikebun itu. Dan hari terakhir dia ingin pamit kepada pemilik kebun.

"Pak tua, sekarang waktuku bekerja di tempatmu sudah berakhir, apakah sekarang kau ridha kalau apelmu sudah aku makan?"

Pak tua itu diam sejenak. "Belum."

Pemuda itu terhenyak. "Kenapa pak tua, bukankah aku sudah bekerja selama tiga tahun di kebunmu."

"Ya, tapi aku tetap tidak ridha jika kau belum melakukan satu permintaanku lagi."

"Apa itu pak tua?"

"Kau harus menikahi putriku, apakah kau mau?"

"Ya, aku mau." jawab pemuda itu.

Bapak tua itu mengatakan lebih lanjut. "Tapi, putriku buta, tuli, bisu dan lumpuh, apakah kau mau?"

Pemuda itu tampak berfikir, bagaimana tidak...dia akan menikahi gadis yang tidak pernah dikenalnya dan gadis itu cacat, dia buta, tuli, dan lumpuh. Bagaimana dia bisa berkomunikasi nantinya? Tapi diap un ingat kembali dengan segigit apel yang telah dimakannya. Dan dia pun menyetujui untuk menikah dengan anak pemilik kebun apel itu untuk mencari ridha atas apel yang sudah dimakannya.

"Baiklah pak, aku mau."

Segera pernikahan pun dilaksanakan. Setelah ijab kabul sang pemuda itupun masuk kamar pengantin. Dia mengucapkan salam dan betapa kagetnya dia ketika dia mendengar salamnya dibalas dari dalam kamarnya. Seketika itupun dia berlari mencari sang bapak pemilik apel yang sudah menjadi mertuanya.

"Ayahanda...siapakah wanita yang ada didalam kamar pengantinku? Kenapa aku tidak menemukan istriku?"

Pak tua itu tersenyum dan menjawab. "Masuklah nak, itu kamarmu dan yang di dalam sana adalah istimu."

Pemuda itu tampak bingung. "Tapi ayahanda, bukankah istriku buta, tuli tapi kenapa dia bisa mendengar salamku?

Bukankah dia bisu tapi kenapa dia bisa menjawab salamku?"

Pak tua itu tersenyum lagi dan menjelaskan. "Ya, memang dia buta, buta dari segala hal yang dilarang Allah. Dia tuli, tuli dari hal-hal yang tidak pantas didengarnya dan dilarang Allah. Dia memang bisu, bisu dari hal yang sifatnya sia-sia dan dilarang Allah, dan dia lumpuh, karena tidak bisa berjalan ke tempat-tempat yang maksiat."

Pemuda itu hanya terdiam dan mengucap lirih: "Subhanallah....."

Dan merekapun hidup berbahagia dengan cinta dari Allah.
Sumber :
http://nomor2.blogspot.com/2012/11/7-kisah-romantis-dalam-islam.html