Kemarin, aku menemukan sosok yang punya banyak impian untuk Indonesia. Dia tidak lain adalah seniorku di kampus yang sudah kupercayakan untuk kuanggap kakak. Dia mencurahkan isi hati dan pemikirannya. Cita-cita dan ide berlian yang ingin dia realisasikan sebagai baktinya untuk negeri ini. Dia ingin menjadi mahasiswa luar biasa. Aku tersenyum, Tuhan..., kini aku punya rekan.
Sejak dulu, berbagai impian untuk Indonesia sudah mengalir di benakku. Aku melihat sendiri realita yang seolah membutakan, atau membuat orang-orang pura-pura buta, atau mungkin lebih tepatnya menganggap 'itu hal biasa, kalau kita mau baik, orang lain tidak mau, jadi tidak akan berubah.. biarlah saja..'. Miris memang, tapi itulah kebanyakan yang terjadi di sini, di tempat kita berpijak, di tanah yang kita banggakan kala menemukan keindahan negeri ini, kemudian mereka menyerutuk bagai beo kelaparan saat menemukan sedikit saja noda dan tanpa memberi solusi, tanpa merealisasikan ide.
Aku mungkin masih terlalu muda, 18 tahun. Tapi sebelumnya aku lebih muda lagi, 16 tahun ketika kuberanikan tulisan-tulisanku dibaca para pejabat. Aku memang tidak bisa berdiam diri. Nurani ini bagai melirik sinis pada diri saat aku hanya punya ide tapi tak berbuat apa-apa. Seakan berkata, "Omong besar saja! Apa gunamu hidup? Kau bersenang-senang di negeri ini, tapi tidak tahu berterima kasih dan membalas kebahagiaan yang kau dapat! Tak berperikemanusiaan! Lihat luas di sana! Kau tau dan kau tidak buta! Tapi kenapa kau tinggal diam dan berleha-leha sementara kau punya tenaga! Kau dilahirkan kuat bukan untuk kau pakai tertawa terlalu lebar! Apa gunamu hidup jika kau tidak berguna untuk orang lain? Setidaknya untuk keluargamu, sahabat-sahabatmu, teman-temanmu, lingkunganmu, masyarakat di sekitarmu. Cukup sampai di situ saja, itu sudah menjadi baktimu. Tapi kau belum mati selama kau masih hidup! Hidupmu terus berjalan, bergerak, seraya itulah kau juga patut meneruskan baktimu!"
Tuhan, mungkin aku terkendala gender. Aku seorang perempuan, sendiri di tempat ini. Lingkunganku tidak mendukung untuk semangat membaraku. Meski aku yakin, jauh di lubuk hati, mereka juga sama sepertiku, namun terkendala keputusasaan atau kepasrahan. Kakak yang kemarin memiliki relasi, tapi relasinya berada di kota lain. Bagaimana mengembangkan pemikiran ini? Berikanlah petunjuk, suatu saat kami akan menjadi generasi yang berbakti untuk bangsa. Berguna untuk diri sendiri dan orang lain. Aku tahu, Engkau akan mengabulkan tiap niat baik. Bantu kami untuk merealisasikan ide-ide kami untuk negeri ini Tuhan.. Aamiin..
Untuk Indonesiaku, aku mencintaimu!
0 comments:
Post a Comment